Dampak Dan Bahaya Pagar Laut Tangerang Terhadap Lingkungan

banner 468x60

MahesaMediaCenter (Jaringan MSM), Jakarta – Dalam WhattApp Grup Laudato Si Indonesia Rabu 22 Jan ’25 Suster Vincentia, HK menuliskan bahwa TNI dan Nelayan sibuk msmbongkar Pagar Laut, Sementara yang memagarnya, tenang-tenang saja. Mungkin juga ketawa Ketika melihat lewat TV pembongkaran itu kata Sr.Vincentia Koordinator Sektor Pendidikan Laudato Si Indonesia. Pertanyaan saya lanjutnya, bambu yang dicabut itu dikemanakan ya? Begitu sajakah dihanyutkan ke laut bambu yang beratnya puluhan ton (ribuan batang) itu? Ada ikan Lumba-lumba mati tersangkut di pagar bamboo tersebut.

Terkait dengan hal tersebut diatas ini, Pemagaran laut sepanjang 30,16 kilometer di pesisir Kabupaten Tangerang, Banten mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Ini berdasarkan analisa Pakar Maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC), Marcellus Hakeng Jayawibawa. (SinPo.id ). Marcellus mengatakan, dampak pertama yang disebabkan pagar bambu tersebut adalah terganggunya aliran air dari sungai sekitar ke tempat pembuagan terakhir yaitu laut.

“Terganggunya juga ekosistem di sekitar (di dalam pagar) yang biasanya mendapatkan nutrisi dari aliran air secara langsung menjadi terganggu kehidupannya karena terputusnya aliran air langsung ke tempat mereka,” kata Capt. Hakeng saat dihubungi Selasa, 14 Januari 2025.

Dampak lain, kata Hakeng , terganggunya UMKM setempat yang bisnisnya bersinggungan langsung dengan budidaya biota sejenis di sekitar lokasi. Termasuk juga yang terkena imbasnya adalah para nelayan setempat.

Sedangkan bahaya dari sudut pandang ekologi (hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan alam sekitarnya ), lanjut Hakeng, pemagaran laut menggunakan bambu, paranet, dan pemberat pasir dapat merusak habitat laut, mengurangi keanekaragaman hayati, dan mengganggu aliran air laut yang penting bagi ekosistem pantai. Dan yang terpenting akan menimbulkan konflik sosial dan ekonomi.

“Dampak lain lanjut Hakeng lagi, terkumpulnya air kotor dari daratan ke wilayah dalam pagar laut tersebut karena tidak dapat keluar. Tentu saja di ujungnya dapat menimbulkan konflik sosial dan ekonomi,” tegasnya.

Karena itu, Capt. Hakeng menekankan pentingnya pendekatan yang berorientasi pada keberlanjutan dalam pengelolaan wilayah pesisir.

“Diperlukan pengawasan yang lebih ketat dan penerapan hukum yang konsisten untuk memastikan bahwa sumber daya laut tetap dapat diakses oleh masyarakat, terutama nelayan tradisional,” tutupnya.

Pengertian pagar laut dan fungsinya.
Pagar laut sebenarnya merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu pembatas yang dibangun di lepas pantai. Bahan yang digunakan sebagai pemagaran biasanya dari kayu panjang maupun batang bambu. Kayu atau bambu tersebut ditancapkan sejajar dalam jarak tertentu untuk suatu tujuan.

Dilansir dari publikasi bertajuk Monsoon Wave Transmission at Bamboo Fences Protecting Mangroves in the Lower Mekong Delta di Sciencedirect oleh Tuan Thieu Quang, pagar laut ini sering dijumpai di wilayah tropis seperti Thailand, Indonesia, dan Vietnam. Pagar biasanya dipasang sebagai upaya meminimalisir erosi pantai di pantai lumpur bakau.

Pagar laut dari bambu ini menjadi alternatif pemecah gelombang selain beton. Selain disebut lebih minim risiko–pagar beton riskan memecah lambung kapal – pagar tersebut memiliki fungsi mirip seperti tanaman bakau. Yakni, meredam gelombang dan meningkatkan penjebakan sedimen. Kendati efektif, penelitian menunjukkan bahwa pagar laut dari bambu memiliki kekurangan. Pagar tersebut tidak dapat menahan gelombang tinggi dan memerlukan perawatan dan perbaikan secara berkala.. Oleh karena itu, penggunaannya paling cocok di daerah dengan energi gelombang rendah. Terutama yang bertujuan untuk mendukung penanaman bakau baru pada tahap awal reboisasi.

Pagar di laut Tangerang beririsan dengan area pengembangan Pantai Indah Kapuk. Lemahnya penguasa di depan pengusaha. Pembuatan pagar laut di pesisir utara Tangerang Banten, mencerminkan kalahnya negara oleh kepentingan pengusaha dalam mengelola sumber daya alam. Bukannya menghentikan pembuatan pagar bambu itu sejak awal, pejabat dan aparat berbagai level terkesan membiarkan aktivitas ilegal tersebut berlangsung.

Siapa di Balik Pagar Laut Tangerang dan Apa Tujuannya?
Menurut Tempo,dari hasil penelusurannya terhadap pembuat pagar laut Tangerang. Terhubung dengan orang dekat Aguan dan ada sertifikat HGB di atas laut.

Dari ketinggian 120 meter, laut di Desa Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten, terlihat berpola seperti tambak ikan. Ada yang berbentuk kotak, ada yang seperti trapesium. Dari jarak dekat, rupanya area itu bukan tambak, melainkan bidang di laut yang dipatoki batang-batang bambu sehingga menyerupai kaveling-kaveling.

Setelah dilakukan pembongkaran hari ini (18/1/’25), pemerintah juga mencabut 266 sertifikat berupa SHM dan HGB yang sempat diterbitkan dalam rentang tahun 2022-2023.

Keberadaan pagar laut sepanjang 30 km lebih itu mulanya begitu misterius. Tak diketahui siapa dalangnya. Meski nelayan mengakui sempat melihat ada yang memasang. Sampai akhirnya terungkap dua perusahaan pemilik area terpagar di pantai utara Tangerang. Yakni PT Cahya Inti Sentosa dan PT Intan Agung Makmur.

Belakangan, Menteri KKP Wahyu Trenggono mengakui pemagaran dilakukan untuk menjadikan proses reklamasi secara alamiah. Namun dia tidak merinci apa yang kemudian dilakukan jika area reklamasi sudah terbentuk.

Menteri KKP menyebutkan Bambu Pagar Laut di Tangerang Bisa Jadi Barang Bukti. Dilansir dari Detik News 19/1/’25, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan kasus pagar bambu laut di pesisir Kabupaten Tangerang masih diselidiki. Menurutnya, pagar bambu yang sudah dicabut bisa menjadi barang bukti. “Artinya lanjut Trengono. Memang ini kan dilakukan proses pemagaran itu tujuannya adalah agar tanahnya itu nanti naik. Semakin lama semakin naik. Jadi kalau ada ombak datang, begitu ombak surut dia ketahan, sedimentasinya ketahan. Boleh dibilang seperti reklamasi yang alami,” ujar Trenggono

“Seperti kemarin sambung Trenggono, saya mendengar berita ada pembongkaran oleh institusi Angkatan Laut misalnya. Ya saya nggak tahu. Harus ya itu barang bukti. Setelah dari hukum terbukti, terdeteksi, dari proses hukum, baru bisa (dicabut pagar bambunya),” kata Trenggono, dilansir detikBali, Minggu (19/1/2025).

Kendati demikian, lanjutnya lagi. dia meminta agar pencabutan pagar laut ditunda dulu. Sebab, saat ini pemilik pagar tersebut belum diketahui.

Saat ini, pihaknya sedang menyelidiki pemasangan pagar bambu sepanjang 30,16 kilometer tersebut dengan memanggil sejumlah nelayan yang diduga terlibat.

“Kami mendapat informasi katanya perkumpulan nelayan(yang memasang pagar bambu). Sudah beberapa kali dipanggil oleh Dirjen PSDKP (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan), tapi belum datang. Kami dibantu polisi juga,” ungkapnya.(Ring-o)

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *